Friday, June 17, 2011

Ehud Barak: Kabar Buruk Osama Bin Laden Masih Hidup

Ehud Barak: Kabar Buruk Osama Bin Laden Masih Hidup

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV--Masih hidupnya pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang juga merupakan buruan nomor wahid Amerika Serikat ternyata membuat Israel takut. Hal tersebut terlihat dari pernyataan Menteri Pertahanan Ehud Barak yang mengaku kabar buruk jika Usamah bin Ladin masih hidup.


Hal itu disampaikan dia Senin (1/11) di Markas Pertahanan Israel, Tel Aviv. "Sembilan tahun setelah serangan teroris di Amerika Serikat, kabar baiknya adalah tidak adanya lagi serangan teror yang berarti. Tetapi kabar buruknya adalah Osama bin Laden masih hidup. Terorisme global tengah mengambil alih dunia. Kekuatan dunia akan melawan terorisme global yang secara maraon akan melancarkan serangannya terhadap setengah generasi yang ada di dunia, atau bahkan lebih," tuturnya.

Sebelumnya, Osama bin Laden menyatakan bahwa penculikan lima warga negara Prancis di Niger bulan lalu adalah balasan atas perlakuan tidak adil pemerintah Prancis terhadap warga Muslim di Nigeria. Demikian pesan audio dari orang yang paling dicari pemerintah AS itu seperti disiarkan di televisi Al Jazeera pada Rabu (27/10).

"Apakah benar jika Anda menguasai tanah kami, membunuh perempuan dan anak-anak dan berharap untuk hidup dalam damai dan keamanan?" demikian seorang pembicara yang terdengar seperti bin Laden mengatakan dalam pesan diarahkan kepada rakyat Prancis.

"Ini persamaan yang jelas, Anda dibunuh ketika Anda membunuh dan diculik ketika Anda menculik. Ketika Anda merusak keamanan kita, maka kita merusak keamanan Anda," sambung Bin Landen.

Lima warga negara Prancis dan dua orang Afrika diculik di Niger pada September lalu oleh salah satu sayap organisasi Al Qaidah Afrika utara (AQIM). Enam pria dan satu warga Prancis, karyawan perusahaan Areva Prancis dan Vinci, diculik di Niger sebelum dibawa ke Mali. AQIM secara berkala menyatakan kemarahannya terhadap Prancis, yang masih memiliki jejak-jejak kekuasaan di Aljazair, bekas koloninya.

Penculikan yang berlangsung pada 16 September itu meningkatkan ketegangan antara kelompok militan dan Prancis. Pada Juli lalu, AQIM membunuh seorang warga Prancis, Michel Germaneau (78 tahun) setelah pasukan komando Prancis gagal membebaskan pria ini.

"Cara untuk menjaga keamanan Anda adalah untuk mengakhiri semua aspek ketidakadilan yang Anda lakukan terhadap bangsa Muslim. Yang paling penting adalah Anda menarik diri dari perang kebencian Bush di Afghanistan," sambung bin Laden.

Prancis pada bulan lalu menerapkan status waspada pada level yang paling tinggi setelah mencium adanya dugaan akan ada serangan teror di Prancis, khususnya pada sistem transportasi di kota Paris.

Menteri Dalam Negeri Brice Hortefeux mengatakan, jika rekaman itu memang benar suara Bin Laden, maka ia membenarkan tindakan pencegahan yang telah dilakukan pemerintah Prancis. "Jika laporan ini sudah dikonfirmasi, mengingatkan pada kami bahwa ancaman itu nyata dan kewaspadaan kami harus total," katanya di parlemen.

Pemimpin Al Qaidah yang diyakini Barat bersembunyi di daerah pegunungan perbatasan Afghanistan dan Pakistan, juga mengecam aturan Prancis yang melarang penggunaan cadar. "Anda bertindak ceroboh dengan melarang perempuan kami mengenakan kerudung. Bukankah hak kami untuk mengusir orang-orangmu yang menyerang kami? tanyanya.

Prancis, adalah rumah bagi lima juta warga Muslim, atau yang terbesar di Eropa, ia menjadi negara pertama yang memperkenalkan larangan jilbab penutup wajah setelah Mahkamah Konstitusi, menyetujui aturan itu awal bulan ini. Belanda kemudian mengikuti jejak Prancis untuk melakukan hal serupa.

Redaktur: Djibril Muhammad
Sumber: Israel National News.com