Friday, June 17, 2011

Terkuaknya Rencana Teroris Yahudi Habisi Winston Churchill

Mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill merupakan salah satu tokoh yang menjadi target pembunuhan oleh seorang teroris Yahudi yang bertujuan mendesak Inggris keluar dari Palestina. (Foto: Google)

LONDON (Berita SuaraMedia) – Seorang ekstremis Yahudi yang telah menghabisi seorang menteri kabinet Inggris pada masa Perang Dunia II ternyata juga menyusun rencana untuk membunuh mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill. Hal itu diungkapkan oleh dokumen-dokumen MI5 yang baru dirilis oleh Badan Arsip Nasional.

Eliyahu Bet-Zuri, nama sang teroris, menganjurkan pengiriman para agen Stern Gang, sebuah milisi Zionis yang ditugasi untuk memaksa Inggris keluar dari Palestina, ke London untuk menghabisi Churchill, demikian diwartakan The Scotsman.

Bet-Zuri kabarnya menyarankan agar Churchill diserang pada bulan November 1944, namun Dinas Intelijen Rahasia baru mengetahui rencana itu setahun sesudahnya saat salah satu anggota kelompok teroris itu ditangkap dan membuka mulut mengenai rencana pembunuhan tersebut.

"Sesaat setelah dia (Bet-Zuri) kembali ke markas besar Stern Group, dia merancang rencana pembunuhan para tokoh politik utama Inggris, termasuk Churchill, melalui pengiriman sejumlah utusan ke London," demikian kata sang tersangka seperti dikutip laporan Mayor James Robertson dari Seksi Timur Tengah MI5.

Tapi, Robertson menambahkan, "Informasi di atas tidak mengungkapkan terlalu banyak."

"Akan tetapi, menurut saya hal itu membenarkan asumsi kita bahwa nyawa orang-orang penting di sini (Inggris) masih terancam, sebuah hal yang harus kita waspadai," tambah Robertson.

Bet-Zuri akhirnya dihukum gantung pada tahun 1945 atas pembunuhan Lord Moyne, menteri Timur Tengah Inggris, di Kairo pada November 1944.

Meski sang perancang gagasan pembunuhan perdana menteri sudah digantung, Inggris tetap amat khawatir jika-jika para teroris Yahudi lainnya berusaha membunuh pemimpin politik Inggris lainnya.

Tokoh yang nasibnya paling dikhawatirkan MI5 adalah Ernest Bevin, menteri luar negeri Inggris kala itu.

Setelah Perang Dunia II, terorisme Zionis di Palestina, yang masih dinaungi Inggris, mengalami peningkatan tajam. Meningkatnya terorisme diduga bertujuan untuk menekan pemerintahan Partai Buruh yang dipimpin Clement Atlee untuk mendirikan sebuah negara Yahudi.

Pada bulan Februari 1946, para pejabat pertahanan Inggris di Palestina mengirimkan telegram berkode rahasia ke London. Telegram rahasia itu berisi data intelijen dari sejumlah sumber terpercaya mengenai rencana pembunuhan para menteri Inggris.

"Stern Group tengah melatih para anggotanya untuk dikirim ke Inggris guna menghabisi para anggota pemerintahan Yang Mulia, khususnya Tuan Bevin," tulis pejabat itu.

"Lebih lanjut lagi, Stern mendapatkan simpatisan dari kalangan Yahudi penting di Palestina. Tenaga rekrutan terus mengalir kepada Stern," tambahnya.

Pada bulan Juni tahun yang sama, Mayor Robertson mengatakan bahwa meningkatnya aktivitas teroris di Palestina sebagian diakibatkan pidato Bevin di Bournemouth.

"Pidato itu disebut menyebabkan ketidaksukaan di komunitas Yahudi di Palestina. Misalnya saja, seorang pria Yahudi menyebut pidato itu sebagai pidato paling ‘anti-Semit’ yang disampaikan seorang negarawan Inggris," tambahnya.

Kekhawatiran memuncak pada Juli 1946 saat kelompok teroris Yahudi, Irgun, mengebom Hotel King David, pusat pemerintahan Inggris yang utama di Yerusalem dan merenggut nyawa 91 orang.

Keesokan harinya, MI5 menyampaikan kekhawatiran bahwa Bevin bisa dibunuh jika, sesuai dengan jadwal, tetap berkunjung ke Mesir untuk menandatangani sebuah kesepakatan.

Sebuah memo menyatakan, "Jelas ada bahaya besar terhadap hidupnya (Bevin), entah oleh pihak-pihak yang menentang kesepakatan atau oleh Irgun atau Stern."

"Faktanya, jika ada seorang fanatik yang berniat melakukan pembunuhan dan mengabaikan keselamatannya sendiri, maka dia bisa melakukan segalanya."

Sebuah telegram rahasia yang dikirimkan dari Intelijen Keamanan Timur Tengah kepada MI5 memperingatkan, "Kemungkinan serangan teroris terhadap menteri luar negeri pada saat melakukan kunjungan ke Mesir sudah jadi rahasia umum di Timur Tengah." (dn/nk/tg)